Prancis
NSA
diam-diam merekam jutaan percakapan telepon yang dilakukan di Prancis.
Pemerintah Prancis pun kaget akan informasi yang diungkap surat kabar Prancis
itu. Menurut Le Monde, NSA merekam 70,3 juta panggilan telepon di Prancis
selama periode 30 hari antara 10 Desember dan 8 Januari tahun ini. Le Monde
menyampaikan hal ini berdasarkan dokumen-dokumen dari pembocor intelijen AS,
Edward Snowden. Yang menjadi sasaran penyadapan di antaranya pejabat, pebisnis
dan tersangka terror. Menteri Dalam Negeri Prancis Manuel Valls menyebut
pemberitaan surat kabar Le Monde itu mengejutkan. Hal itu disampaikan Valls
dalam wawancara dengan radio Prancis, Europe 1 seperti dilansir kantor berita
AFP, Senin (21/10/2013). Valls pun akan meminta penjelasan dari pemerintah AS
terkait hal ini. Menlu Prancis Laurent Fabius menyebut isu spionase terhadap negaranya
"tidak bisa diterima".
Presiden Prancis Francois Hollande mengecam spionase yang dilakukan NSA terhadap warga negara Prancis. Kecaman ini disampaikan terkait pemberitaan surat kabar Prancis yang mengungkapkan bahwa NSA telah menyadap jutaan panggilan telepon yang dilakukan di Prancis. Kementerian Luar Negeri Prancis telah memanggil Dubes AS Charles Rivkin atas dugaan penyadapan tersebut.
Kantor Hollande menyatakan seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (22/10/2013), pemimpin Prancis itu menyampaikan kecaman mendalam atas praktik yang tak bisa diterima ini. Disebutkan bahwa hal itu telah melanggar privasi warga negara Prancis.
Presiden Prancis Francois Hollande mengecam spionase yang dilakukan NSA terhadap warga negara Prancis. Kecaman ini disampaikan terkait pemberitaan surat kabar Prancis yang mengungkapkan bahwa NSA telah menyadap jutaan panggilan telepon yang dilakukan di Prancis. Kementerian Luar Negeri Prancis telah memanggil Dubes AS Charles Rivkin atas dugaan penyadapan tersebut.
Kantor Hollande menyatakan seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (22/10/2013), pemimpin Prancis itu menyampaikan kecaman mendalam atas praktik yang tak bisa diterima ini. Disebutkan bahwa hal itu telah melanggar privasi warga negara Prancis.
AS
pun mencoba untuk menenangkan Prancis terkait klaim spionase yang dilakukan
NSA, di Prancis. Presiden Barack Obama menghubungi Hollande terkait isu ini.
Dalam kesempatan tersebut Hollande dilaporkan menyatakan "ketidaksetujuan
yang mendalam".
Hollande
pun meminta adanya penjelasan mengenai hal tersebut. Hal tersebut disampaikan
Hollande dalam percakapan telepon dengan Presiden AS Barack Obama pada Senin,
21 Oktober waktu setempat.
Jerman
Kanselir
Jerman Angela Merkel menelepon Presiden AS Barack Obama setelah menerima
informasi bahwa AS mungkin telah menyadap telepon pribadinya.
Seorang
juru bicara Merkel mengatakan pimpinan Jerman itu "memandang bahwa praktik
penyadapan adalah tindakan yang tidak dapat diterima." Merkel meminta
pejabat AS untuk mengklarifikasi seberapa luas pengintaian mereka di Jerman.
Sementara
itu Gedung Putih mengatakan Presiden Obama telah menyampaikan kepada Kanselir
Merkel bahwa AS tidak memata-matai komunikasinya.
"AS tidak melakukan dan tidak akan memata-matai komunikasi kanselir," kata Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney pada Rabu (23/10).
"AS tidak melakukan dan tidak akan memata-matai komunikasi kanselir," kata Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney pada Rabu (23/10).
Namun
Carney tidak menjelaskan secara spesifik apakah ponsel Merkel telah disadap di
masa lalu. Berlin meminta "penjelasan yang lengkap dan segera" dari
Washington tentang apa yang mereka sebut sebagai hal yang dapat secara serius
merusak kepercayaan itu.
Dalam
sebuah pernyataan: "Diantara sesama kawan dekat selama berpuluh-puluh
tahun, Republik Federal Jerman dan AS, seharusnya tidak melakukan pengintaian
komunikasi terhadap kepala negara." Merkel meminta Obama untuk
"mencegah praktik tersebut segera." Obama meyakinkan Merkel ketika
berkunjung pada Juni lalu bahwa warga Jerman tidak dimata-matai.
Meksiko
Meksiko
mengutuk keras pemerintah AS atas tuduhan negara adi kuasa itu melakukan aksi
mata-mata terhadap pemimpinnya, setelah muncul laporan bahwa surat-surat
elektronik mantan Presiden Felipe Calderon diretas oleh NSA AS. Data yang
dibocorkan Edward Snowden, menunjukkan peretasan terhadap surat elektronik
Presiden Calderon dilakukan tahun 2010, seperti diberitakan majalah Jerman Der
Spiegel yang mengutip pernyataan Snowden. Sementara NSA mengawasi komunikasi
Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto, bahkan sebelum dia dipilih pada Juli lalu,
menurut jurnalis Guardian yang pertama mengangkat skandal pembocoran ini, Glenn
Greenwald. Kementerian Luar Negeri Meksiko mengatakan kegiatan mata-mata
semacam ini "tak dapat diterima, ilegal" dan berlawanan dengan
prinsip berhubungan baik. Mereka mendesak Presiden Obama agar melakukan penyelidikan
terhadap tuduhan ini.
"Dalam
hubungan antar tetangga dan mitra, tak ada ruang untuk praktik-praktik seperti
yang dituduhkan itu," demikian pernyataan kementerian itu.
Brasil
Menurut
kolumnis dari surat kabar Guardian, Glen Greenwald, yang mendapatkan sekitar 20
ribu dokumen rahasia NSA dari Edward Snowden dan memberitakannya, dokumen
rahasia itu menunjukkan bagaimana Amerika Serikat memata-matai komunikasi
antara staf pembantu Presiden Brasil Dilma Rousseff. Dalam dokumen tersebut,
NSA juga menggunakan program yang bisa mengakses konten internet yang
dikunjungi Rousseff. Kantor Rousseff mengatakan presiden telah mengadakan
pertemuan dengan menteri untuk mendiskusikan masalah ini.
Menteri
Hukum Brasil, Jose Eduardo Cardozo mengatakan bahwa "jika fakta itu
terbukti benar, hal itu tidak dapat diterima dan dapat disebut sebagai serangan
terhadap kedaulatan negara kami." Rousseff bereaksi saat berpidato di
Sidang Umum PBB di New York, September 2013 lalu. Dia berpidato dan meluapkan
kemarahannya dan bahkan menantang Presiden AS Barack Obama yang saat itu sedang
menunggu giliran berpidato.
"Data
pribadi warga disadap tanpa pandang bulu, informasi perusahaan yang bernilai
ekonomis dan bahkan sangat strategis, masuk dalam pusat kegiatan
spionase," kata Rousseff.
"Juga
misi diplomatik Brasil, di antaranya misi permanen PBB dan kantor presiden
republik sendiri, komunikasinya disadap," kata Rousseff, dalam seruan
global melawan apa yang dia gambarkan sebagai kekuatan terlalu kuat dari aparat
keamanan AS.
"Merusak
sedemikian rupa dalam urusan negara lain merupakan pelanggaran hukum
internasional dan merupakan penghinaan terhadap prinsip-prinsip yang harus
memandu hubungan di antara mereka, terutama di kalangan negara-negara sahabat.
Sebuah negara berdaulat tidak dapat membangun dirinya untuk merugikan orang
lain, bangsa lain yang berdaulat. Hak untuk keselamatan warga satu negara tidak
pernah dapat dijamin dengan melanggar HAM warga negara lain," kata
perempuan yang pernah dipenjara dan disiksa karena menjadi gerilyawan oposisi
pemerintah diktator militer pada tahun 1970-an ini.
Indonesia
Media
Australia memberitakan bahwa rombongan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
telah disadap saat menghadiri KTT G20 di London, Inggris pada April 2009 lalu.
Media Australia itu mengutip sumber anonim dari intelijen dan Kementerian Luar
Negeri di negeri Kangguru itu. Media yang memberitakan adalah kelompok Fairfax
Media yang membawahi The Age dan The Sydney Morning Herald, seperti dikutip
dari dua media itu yang ditulis pada Jumat (26/7/2013). Sementara yang
menjalankan penyadapan disebutkan adalah intelijen AS. "PM Kevin Rudd
menerima keuntungan dari kegiatan mata-mata Inggris pada Presiden SBY pada KTT
G20 tahun 2009 di London," demikian menurut sumber intelijen dan Kemenlu Australia.
"PM Rudd memiliki keinginan yang besar akan informasi
intelijen, terutama pada pemimpin Asia Pasifik, Yudhoyono, Manmohan Singh (PM
India) dan Hu Jintao (mantan Presiden China)," demikian kata sumber anonim
dari intelijen Australia.
Atas pemberitaan ini, Kepala BIN Marciano Norman mengatakan bahwa Snowdenlah yang menyadap rombongan SBY dan sebaiknya jangan terlalu di percaya.
"Lho, yang membocorkan berita itu kan dia, bahwa dia adalah anggota dari National Security Agency (NSA), kemudian karena intinya terus dia membocorkan itu, sehingga akhirnya dia kan dikejar oleh pemerintah Amerika sendiri dan dia mencari suaka ke mana-mana, yang sekarang akhirnya mendapatkan izin tinggal 1 tahun di Rusia," kata Marciano di Kantor Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat (2/8/2013).
"Nah maksud saya, sumber seperti itu, orang yang dalam posisi seperti itu jangan terlalu dipercaya gitu lho, karena dia kan punya kepentingan untuk memang mengacaukan itu. Seperti contohnya dia pasti sama Amerika sendiri dia sakit hati, dia membocorkan Amerika begini, Amerika begini, dengan harapan bahwa seluruh peserta G-20 itu sendiri itu dia langsung melakukan protes keras bahwa Amerika melakukan penyadapan," jelas dia.
Atas pemberitaan ini, Kepala BIN Marciano Norman mengatakan bahwa Snowdenlah yang menyadap rombongan SBY dan sebaiknya jangan terlalu di percaya.
"Lho, yang membocorkan berita itu kan dia, bahwa dia adalah anggota dari National Security Agency (NSA), kemudian karena intinya terus dia membocorkan itu, sehingga akhirnya dia kan dikejar oleh pemerintah Amerika sendiri dan dia mencari suaka ke mana-mana, yang sekarang akhirnya mendapatkan izin tinggal 1 tahun di Rusia," kata Marciano di Kantor Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat (2/8/2013).
"Nah maksud saya, sumber seperti itu, orang yang dalam posisi seperti itu jangan terlalu dipercaya gitu lho, karena dia kan punya kepentingan untuk memang mengacaukan itu. Seperti contohnya dia pasti sama Amerika sendiri dia sakit hati, dia membocorkan Amerika begini, Amerika begini, dengan harapan bahwa seluruh peserta G-20 itu sendiri itu dia langsung melakukan protes keras bahwa Amerika melakukan penyadapan," jelas dia.
"Itu belum tentu 100 persen benar. Masih akan kita
perdalam," tandas Marciano.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar