Senin, 14 Oktober 2013

Membenahi Kepemimpinan di Indonesia



Membenahi Kepemimpinan di Indonesia
Bangsa Indonesia membutuhkan sebuah kepemimpinan yang bukan hanya omong kosong belaka. Berkaca pada kepemimpinan yang terdapat di wilayah Nusa Tenggara Timur, dimana NTT membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki jiwa melayani dan bekerja secara sungguh-sungguh demi masyarakat. Namun pada kenyataannya kepemimpinan disana masih jauh dari yang diharapkan. Pemimpin membuat sebuah kebijakan bukan berdasarkan kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat. Bahkan pemimpin disana cendrung merasa acuh tak acuh dan masa bodoh melihat kemiskinan yang dialami masyarakat.
Sudah saatnya kepemipinan di Indonesia dibenahi, yaitu dengan memunculkan kepemimpinan yang kuat. Kepemimpinan yang kuat harus memiliki kemampuan membangun solidaritas masyarakat untuk berpartisipasi dalam seluruh dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemimpin juga harus memiliki keunggulan moral, kepribadian, dan intelektual. Seleksi kepemipinan akan terjadi berdasarkan prestasi-prestasi untuk bangsa ini, bukanlah berdasarkan anak siapa.
Sumber: http://politik.kompasiana.com/2012/12/16/membenahi-krisis-kepemimpinan-di-ntt-517211.html

Upacara Adat Tedhak Siten



Tedhak Siten
Tedhak Siten atau Turun Tanah adalah suatu prosesi untuk menandakan anak saatnya mulai belajar berdiri dan berjalan, biasanya diadakan ketika anak telah berusia 7bulan ke-atas. Menurut hitungan Jawa, usia satu bulan bayi adalah 35 hari jadi perhitungannya 35 X 7 atau 245 hari dalam hal ini biasanya praktek acara Turun Tanah adalah dari anak usia 7 hingga 8 bulan. Jadi, merupakan proses bersyukur kepada Tuhan sebab anak telah tumbuh dan berkembang hingga saatnya belajar berdiri dan berjalan. Di usia ini biasanya anak secara perkembangan mulai belajar berdiri dan berjalan meskipun masih perlu dititah atau masih dituntun dan dibimbing kita orang dewasa, mulai diperkenalkan tanah sebagai tempat dia berpijak dihari kemudian.
Berikut adalah rangkaian acara Tedhak Siten serta hal-hal apa saja yang mendukung jalannya acara serta sedikit pengertian tentang makna dan arti dari prosesi serta kelengkapannya:
1.      Anak dituntun menginjak tanah kemudian kakinya dibasuh dengan air bersih artinya adalah telah waktunya anak untuk belajar berdiri dan berjalan serta mengenal tanah sebagai pijakan.
2.      Anak dituntun untuk menginjak “jadah” atau “tetel” sebanyak 7 warna yang artinya anak diharapkan mampu untuk mengatasi segala masalah dan kesulitannya. Warna merah artinya berani, warna putih artinya suci, warna jingga artinya matahari dan kekuatan, warna kuning artinya terang dan jalan lurus, warna hijau artinya alam dan lingkungan, warna biru artinya angkasa dan ketenangan, warna ungu artinya kesempurnaan dan utuh.
3.      Anak dituntun menaiki tangga tebu “ireng” atau tebu “arjuna” yang terdiri dari 7 anak tangga kemudian dibopong oleh ayah setinggi-tingginya artinya diharapkan sang anak makin tinggi dan makin naik.
4.      Setelah itu anak dimasukan ke dalam kurungan ayam yang berarti anak diharapkan tidak meninggalkan agama, adat budaya, serta tata krama lingkungan. Dalam kurungan telah diberikan macam-macam isian yang akan dipilih oleh anak, maka barang-barang yang disiapkan bermakna bagus dan baik seperti buku, pensil, emas, kapas, wayang, dan sebagainya.
5.       Anak dimandikan air bunga mawar, melati, kanthil, kenanga yang artinya sang anak diharapkan mampu membawa nama baik keluarga.
6.      Kemudian memotong tumpeng dan dibagikan, artinya anak agar mau berbagi dengan sesama, tumpeng terdiri dari nasi yang artinya dekat kepada sang pencipta, ayam yang artinya kemandirian, kacang panjang yang artinya umur panjang, kangkung yang artinya berkemban, kecambah yang artinya subur, kluwih yang artinya rejeki, dan pala yang artinya tidak sombong.
7.      Lalu menyebarkan uang logam recehan dan beras kuning untuk diperebutkan, artinya anak kelak suka menolong dan dermawan, ikhlas suka berbagi mau membantu orang lain.
8.      Selain tumpeng, dipersiapkan pula “bubur” atau “jenang merah-putih” yang artinya anak terdiri dari darah-daging dan tulang yang berasal dari kedua orang tuanya serta jajanan pasar seperti lopis, cenil, ketan ireng, tape ketan, jagung blending, tiwul, gatot dan semacamnya yang berarti dalam kehidupan pasti akan ada warna-warni serta bermaca-macam kejadian dan peristiwa.
Sumber : http://gema-budaya.blogspot.com/2013/07/mengenal-upacara-tedhak-siten.html

Tari Saman




Tari Saman
Tari saman adalah sebuah tarian suku Gayo (Gayo Lues) yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian Saman mempergunakan bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur menyebutkan tari Saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara. Tari Saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia dalam Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Tak benda UNESCO di Bali, 24 November 2011.
Makna dan Fungsi
Tari saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan (dakwah). Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.
Sebelum saman dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan, tampil seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat (keketar) atau nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan penonton.
Lagu dan syair pengungkapannya secara bersama dan kontinu, pemainnya terdiri dari pria-pria yang masih muda-muda dengan memakai pakaian adat. Penyajian tarian tersebut dapat juga dipentaskan, dipertandingkan antara group tamu dengan grup sepangkalan (dua grup). Penilaian ditititk beratkan pada kemampuan masing-masing grup dalam mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang disajikan oleh pihak lawan.
Paduan Suara
Tari Saman biasanya ditampilkan tidak menggunakan iringan alat musik, akan tetapi menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah. Tarian ini dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syech. Karena keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna. Tarian ini khususnya ditarikan oleh para pria.
Pada zaman dahulu,tarian ini pertunjukkan dalam acara adat tertentu,diantaranya dalam upacara memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Selain itu, khususnya dalam konteks masa kini, tarian ini dipertunjukkan pula pada acara-acara yang bersifat resmi,seperti kunjungan tamu-tamu Antar Kabupaten dan Negara,atau dalam pembukaan sebuah festival dan acara lainnya.     
Nyanyian
Nyanyian para penari menambah kedinamisan dari tarian saman. Cara menyanyikan lagu-lagu dalam tari saman dibagi dalam 5 macam :
1.      Regnum, yaitu auman yang diawali oleh perangkat.
2.      Dering, yaitu regnum yang segera diikuti oleh semua penari.
3.      Redert, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penyanyi pada bagian tengah tari.
4.      Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi yang melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak.
5.      Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari solo.
Gerakan
Tarian saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian saman: Tepuk tangan dan tepuk dada.Diduga,ketika menyebarkan agama islam,syeikh saman mempelajari tarian melayu kuno,kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang disertai dengan syair-syair dakwah islam demi memudakan dakwahnya.Dalam konteks kekinian,tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui pertunjukan-pertunjukan.
Tarian saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik,kerena hanya menampilkan gerak tepuk tangan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang,kirep,lingang,surang-saring (semua gerak ini adalah bahasa Gayo).
Penari
Pada umumnya,Tarian saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki, tetapi jumlahnya harus ganjil.Pendapat Lain mengatakan Tarian ini ditarikan kurang lebih dari 10 orang,dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi.Namun, dalam perkembangan di era modern yang menghendaki bahwa suatu tarian itu akan semakin semarak apabila ditarikan oleh penari dengan jumlah yang lebih banyak. Untuk mengatur berbagai gerakannya ditunjuklah seorang pemimpin yang disebut syeikh. Selain mengatur gerakan para penari,Syeikh juga bertugas menyanyikan syair-syair lagu saman, yaitu ganit.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Saman