Senin, 14 Oktober 2013

Upacara Adat Tedhak Siten



Tedhak Siten
Tedhak Siten atau Turun Tanah adalah suatu prosesi untuk menandakan anak saatnya mulai belajar berdiri dan berjalan, biasanya diadakan ketika anak telah berusia 7bulan ke-atas. Menurut hitungan Jawa, usia satu bulan bayi adalah 35 hari jadi perhitungannya 35 X 7 atau 245 hari dalam hal ini biasanya praktek acara Turun Tanah adalah dari anak usia 7 hingga 8 bulan. Jadi, merupakan proses bersyukur kepada Tuhan sebab anak telah tumbuh dan berkembang hingga saatnya belajar berdiri dan berjalan. Di usia ini biasanya anak secara perkembangan mulai belajar berdiri dan berjalan meskipun masih perlu dititah atau masih dituntun dan dibimbing kita orang dewasa, mulai diperkenalkan tanah sebagai tempat dia berpijak dihari kemudian.
Berikut adalah rangkaian acara Tedhak Siten serta hal-hal apa saja yang mendukung jalannya acara serta sedikit pengertian tentang makna dan arti dari prosesi serta kelengkapannya:
1.      Anak dituntun menginjak tanah kemudian kakinya dibasuh dengan air bersih artinya adalah telah waktunya anak untuk belajar berdiri dan berjalan serta mengenal tanah sebagai pijakan.
2.      Anak dituntun untuk menginjak “jadah” atau “tetel” sebanyak 7 warna yang artinya anak diharapkan mampu untuk mengatasi segala masalah dan kesulitannya. Warna merah artinya berani, warna putih artinya suci, warna jingga artinya matahari dan kekuatan, warna kuning artinya terang dan jalan lurus, warna hijau artinya alam dan lingkungan, warna biru artinya angkasa dan ketenangan, warna ungu artinya kesempurnaan dan utuh.
3.      Anak dituntun menaiki tangga tebu “ireng” atau tebu “arjuna” yang terdiri dari 7 anak tangga kemudian dibopong oleh ayah setinggi-tingginya artinya diharapkan sang anak makin tinggi dan makin naik.
4.      Setelah itu anak dimasukan ke dalam kurungan ayam yang berarti anak diharapkan tidak meninggalkan agama, adat budaya, serta tata krama lingkungan. Dalam kurungan telah diberikan macam-macam isian yang akan dipilih oleh anak, maka barang-barang yang disiapkan bermakna bagus dan baik seperti buku, pensil, emas, kapas, wayang, dan sebagainya.
5.       Anak dimandikan air bunga mawar, melati, kanthil, kenanga yang artinya sang anak diharapkan mampu membawa nama baik keluarga.
6.      Kemudian memotong tumpeng dan dibagikan, artinya anak agar mau berbagi dengan sesama, tumpeng terdiri dari nasi yang artinya dekat kepada sang pencipta, ayam yang artinya kemandirian, kacang panjang yang artinya umur panjang, kangkung yang artinya berkemban, kecambah yang artinya subur, kluwih yang artinya rejeki, dan pala yang artinya tidak sombong.
7.      Lalu menyebarkan uang logam recehan dan beras kuning untuk diperebutkan, artinya anak kelak suka menolong dan dermawan, ikhlas suka berbagi mau membantu orang lain.
8.      Selain tumpeng, dipersiapkan pula “bubur” atau “jenang merah-putih” yang artinya anak terdiri dari darah-daging dan tulang yang berasal dari kedua orang tuanya serta jajanan pasar seperti lopis, cenil, ketan ireng, tape ketan, jagung blending, tiwul, gatot dan semacamnya yang berarti dalam kehidupan pasti akan ada warna-warni serta bermaca-macam kejadian dan peristiwa.
Sumber : http://gema-budaya.blogspot.com/2013/07/mengenal-upacara-tedhak-siten.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar